Cerita Teman Lama

https://www.vebma.com/media/narkoba.jpg

(By: Akmal Latodjo)
Malam ini aku hanya bisa duduk di depan laptop dan menuangkan tentang segala sesuatu yang kuperoleh sejak pukul 19.30 tadi. “Amir” seorang anak yang terlahir ditengah-tengah keluarga yang cukup ternama, dengan wajah tampan dan penampilan yang menarik membuat dia dikagumi oleh para wanita-wanita cantik di desaku era tahun 2000an yang saat ini sebagian dari mereka sudah mendapatkan SK (Surat Kawin). Dia teman lamaku, yang dulunya sempat sama-sama mengenyam pendidikan di tingkatan putih abu-abu namun kebersamaan itu berakhir pada tahun 2007 dimana aku hendak melanjutkan studyku di kota. Sejak saat itulah aku kehilangan komunikasi dengannya, kabar terakhir yang kudapat katanya dia sudah menikah sewaktu ia lulus SMA. Kemudian dua tahun setelahnya, kabar baru yang kudapat dari seorang yang tinggal di desaku, mengatakan bahwa amir dan istrinya sudah tidak sama-sama lagi (cerai).
Ditengah kesibukanku, nama “Amir” pun mulai pudar dari ingatanku. Sehingga kemudian semua cerita lama itu hanyut oleh kesibukan dan keramaian kota. Sudah hampir 4 tahun kami tidak bertemu, akupun tidak tau kondisi amir yang sebenarnya, dan malam ini aku bertemu dengannya di depan warung kopi milik warga. “hay apa kaba” sapa amir kepadaku, secara spontanitas akupun menjawab “kabar baik kawan”. “pulangnya kapan.?” Tanya lagi si amir, “sekitar 5 hari yang lalu” kataku. Kemudian kutawarkan ia rokok, sambil berceritera tentang kisah hidupnya selama 4 tahun silam. Amir pun tiada hentinya bercerita tentang segala hal yang menimpa dirinya, sampai-sampai cerita itu sudah menjurus pada pembahasan tentang ketuhanan. Akupun kaget dengan cerita si amir, orang yang dulunya pendiam kok kini dia jadi cerewet, bahkan aku sendiri sudah tidak diberi kesempatan untuk bicara.
Malam sudah semakin larut, hembusan angin malampun semakin tambah dingin namun kemudian amir belum juga berhenti bercerita, saat itu aku hanyalah menjadi seorang pendengar setia yang mendengarkan cerita yang tak tau mengarah kemana dan kepada siapa. Selang beberapa menit kemudian seseorang melintas di depan kami, dia kemudian tertawa ketika melihat kami berdua, seakan dia melihat sesuatu yang aneh dan menggelitik. Akupun heran dengan orang itu, dan dari kejauhan dia berteriak memanggilku, hey kenapa kamu begitu serius berbicara dengan si ‘amir gila’ itu.! Serentak aku menatap amir dari jarak dekat. Amir tersenyum dan kembali melanjutkan ceritanya itu. Kalau dihitung-hitung sudah hampir dua bungkus rokok habis diatas tempat duduk itu hanya untuk mendengarkan cerita dari sahabat lamaku “amir”.

Comments