Problematika Gadis Desa

 https://data.whicdn.com/images/227386026/large.jpg
Oleh : Akmal Latodjo
Dari sekian banyak kita dalam menapaki problematika hidup,
sering diperhadapakan pada satu keadaan yang menuntut kita untuk bisa menentukan pilihan. Dan perlu kita ketahui, bahwa dalam setiap pilihan pasti ada resiko yang mengerucut pada sebuah pengorbanan entah dalam bentuk seperti apa.
Sebuah kejadian nyata yang mungkin ini sering kita temui dalam keseharian kita, seorang gadis usia belia, tamatan SMA di desa saya, sebut saja “pria”. Terpaksa harus menjalani hidup berumah tangga dengan seorang lelaki yang usianya tidak jauh berbeda dengannya itu. Keinginan yang begitu besar dalam meraih sebuah cita – cita, kini lenyap, yang tersisa tinggalah bekas memar di sekujur tubuh akibat pukulan dari sang suami yang tiap malamnya pulang dalam keadaan mabuk. Hari terus berganti, seolah kita hidup dalam mimpi usiapun tak terasa terus bertambah tua, namun keadaan tersebut masih saja terus terulang. setiap kali saya puang di desa, selau saja saya temui “pria” duduk menyendiri dengan air mata yang tiada henti – hentinya mengalir dari matanya. Seorang gadis cantik,lugu dan taat beribadah itu, kini telah berubah 70% dari yang ku kenal dulu, dia kini hidup terbelenggu serta tak mendapatkan kebebasan dan kebahagiaan seperti yang dia harapkan sebelumnya. Air mata itu tak pernah berhenti mengalir selama kami bercerita. Izajah SMA yang ia dapatkan tak lebih dari selembar kertas yang menjadi bahan makanan tikus di almari. “pria” kini tengah jauh dari orang tuanya, dia hanya bisa berharap semoga Allah SWT menerangi hati suaminya dan memaafkan segala bentuk perbuatannya.
kesabaran seorang gadis cantik bernama “pria” (nama samaran) itu kini tengah diuji oleh sang pemberi hidup yang mengetahui segala sesuatu.!?! Dia berpegang teguh pada prinsipnya itu. Bahawa “memaafkan itu adalah memberi sedikit ruang pada rasa benci” karena hanya dengan begitu, kita dapat dengan segera melupakan kesalahan orang lain. Dan bukankah dengan cepat melupakan kesalahan / kekhilafan orang lain itu adalah berkah.!?! Sejahat apapun itu, dia adalah suamiku dan sudah sepatutnya bagiku untuk menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri. Sejak perbincangan itu sayapun tak pernah bertemu dengan “pria” lagi, kabarnya mereka pindah sebulan yang lalu. Semoga kesabaran seorang “pria”, bisa membuahkan hasil sebagaimana yang ia harapkaan. Amin…!?!

Comments